Contoh Menulis Esai Pendidikan


SEKOLAH BERBASIS KE-OTAKAN  “Sekolah Otak Dengan Kurikulum Berbasis Keseimbangan Otak Untuk Menyiapkan Generasi Unggulan Indonesia Di Masa Depan”
Oleh: Agus Widayoko
(Writing Contest; Sub-tema: Membangun Pendidikan (BI-06); 4.227 kata)

            Prestasi siswa-siswi Indonesia di kancah Internasional memang sudah tidak diragukan lagi. Berbagai jenis perlombaan atau kompetisi telah diraih dengan cemerlang, baik dibidang intelektual maupun ketrampilan, baik akademis maupun non-akademis. Mulai dari olimpiade sains, matematika, robotika, teknologi, ekonomi, sampai bidang bahasa, olah-raga, dan seni telah diraih oleh siswa-siswi terbaik bangsa.
            Namun, ada ketimpangan penilaian prestasi dari sudut pandang masyarakat Indonesia. Pandai dalam sains dan teknologi akan menjadi idola oleh banyak khalayak dari pada anak yang juara non-sains. Anak yang juara olimpiade matematika lebih terkenal dari pada anak yang juara karate. Begitu juga dengan anak yang juara olimpiade sains akan lebih terkenal dari pada anak yang juara pidato. Mindset atau pola pikir ini sudah menggejala di dunia pendidikan Indonesia yang memandang sains lebih unggul dibanding bidang lain.
            Permasalahan utama pendidikan di Indonesia adalah masalah penyeimbangan kecerdasan akademik dan non-akademik. Banyak siswa yang juara olimpiade sains tingkat Nasional maupun Internasional atau superior di bidang kecerdasan logis-matematis, namun memiliki permasalahan di kecerdasan lainnya. Misalnya, anak yang kecerdasan logis-matematisnya baik tidak jarang yang lemah di bidang bahasa dan olahraga yang menyebabkan lemah dalam hubungan sosial. Begitu juga dengan anak yang unggul dibidang musik maupun olahraga mereka akan cenderung lemah di bidang logis-matematis.  Mindset atau pola pikir ini sudah menjadi budaya di Indonesia. Anak seperti dihadapkan pada suatu pilihan antara cerdas di meja belajar atau di luar kelas yang seolah-olah tidak akan bisa memilih kedua-duanya sekaligus.
            Permasalahan ini kelihatan seperti sudah dibentuk. Kurikulum yang ada sampai sekarang masih saja mengacu pada kecerdasan logis-matematik dan kurang di bidang lainnya. Padahal pendidikan yang notaben-nya adalah pembentuk dan pengembang generasi muda kurang memandang penting bentuk kecerdasan-kecerdasan lainnya. Berbagai bentuk ujian untuk nilai kecerdasan logis-matematis diangkat setinggi-tingginya untuk mengukur kesuksesan dalam pembelajaran. Mata pelajaran berbau matematik-sains menjadi “momok” tersendiri bagi siswa. Alhasil, siswa menjadi takut pada pelajaran matematik-sains. Hal inilah yang menjadikan siswa dengan terpaksa mempelajari matematik-sains, padahal tujuan pendidikan tidak untuk memaksa siswa sukses dalam matematik-sains.
            Anak yang unggul di logis-matematis secara otomatis akan meng-klaim dirinya lemah di seni dan olah-raga. Begitu juga anak yang unggul di bidang seni maupun olah-raga akan melakukan hal yang sama. Bentuk klaim ini tidak lepas dari pengaruh orang tua maupun sekolah. Orang tua akan lebih cenderung untuk memilih salah satu dari keduanya tanpa mempertimbangkan keseimbangan kecerdasan anaknya. Orang tua yang mengetahui ankanya unggul di mata pelajaran matematika misalnya, akan menambah jadwal belajar matematika dari pada menambah kekurangan di mata pelajaran lainnya. 
            Pemahaman mengenai berbagai macam kecerdasan terhadap orang tua, masyarakat, dan sekolah perlu ditingkatkan. Jika hal ini terjadi terus-menerus dan tanpa ada penanganan dalam bentuk sosialisasi yang baik, maka wajah pendidikan di Indonesia akan sama saja seperti yang sudah-sudah. Guru akan membentuk murid-nya seperti yang mereka harapkan.
            Sekolah yang notaben-nya memiliki akses yang kuat terhadap intelegensi siswa, harus berperan aktif dalam upaya merubah mind-set siswa-siswi yang cenderung untuk mempertajam pembelajaran sains dan mengenyampingkan pelajaran non-sains. Untuk mengubahnya sekolah harus benar-benar menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan jenis-jenis kecerdasan. Misalnya, siswa yang bagus dalam kecerdasan A sekolah harus menunjang fasilitas yang berkaitan dengan kecerdasan A tersebut dan tanpa mengenyampingkan atau mengurangi porsi kecerdasan lainnya. Pada prinsipnya, penguatan kecerdasan A dan kecerdasan lainnya mendukung atau melengkapi kecerdasan A.
            Namun yang terjadi di sekolah malah sebaliknya. Siswa seolah-olah dipaksa untuk mendalami kecerdasan logis-matematis saja. Dengan alasan mempersiapkan ujian nasional. Ujian nasional seolah-olah menjadi target utama pendidikan yang tanpa memperhatikan aspek proses dalam prinsip-prinsip pembelajaran. Aspek kognitif menjadi target utama proses pembelajaran dengan kurang memandang penting aspek psikomotor dan sikap. Aspek psikomotor dan sikap hanya seolah-olah ada hanya sebagai pelengkap saja dan bahkan diabaikan, meskipun sudah ditampilkan dalam rencana pembelajaran oleh guru yang tentunya mengacu pada kurikulum.
Pembelajaran yang mengutamakan aspek kognitif dan mengenyampingkan aspek-aspek lainnya akan membawa dampak jangka panjang pada individu peserta didik dan akan membawa pada permasalahan baru yaitu kemerosotan moralitas. Rendahnya pendidikan moral yang diterapkan di lingkungan sekolah akan membawa pengaruh besar pada jati diri siswa. Indikator dari masalah ini adalah merosotnya nilai-nilai moral dalam kehidupan remaja. Tawuran pelajar, peredaran narkoba di kalangan siswa, meningkatnya tindakan kriminal yang dilakukan siswa, dan tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya merupakan masalah yang dihadapi bangsa ini. Jika tidak segera ditangani dan diantisipasi, maka masalah ini bisa mengarah pada bergesernya karakter (jati diri) bangsa.
Berbagai kasus seperti: korupsi, materialistik, seks bebas, intoleran dan lain sebagainya sudah mulai menggejala dan merebak. Mempertontonkan aurat bahkan merekam dan mengedarkan aktivitas seksualitas melalui internet semakin marak terjadi. Toleransi yang merupakan budaya Indonesia semakin luntur. Tingkat korupsi yang semakin meningkat dari kalangan pejabat kecil sampai pejabat besar. Kasus-kasus tersebut sebagai indikator kegagalan proses pendidikan moral di Indonesia.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan sekaligus kepribadian terus diusahakan, diantaranya adalah pendidikan akhlak dan moral yang dimasukkan dalam kurikulum yang ada. Namun, seiring dengan berkembangnya waktu dan tuntutan globalisasi tetap saja pendidikan moral dikesampingkan dan menambah porsi bidang akademis siswa. Lebih parahnya lagi, siswa sendiri lebih mengutamakan pendidikan intelektual. Mata pelajaran seperti pendidikan kewarganegaraan semakin dikesampingkan. Pada umumnya siswa lebih menyukai mata pelajaran yang mengandalkan intelektualitas dari pada moralitas. Berbagai pendapat muncul seperti kurang menariknya mata pelajaran atau bahkan kurang menariknya pembawaan guru dalam mata pelajaran tersebut.
Sampai sekarang pendidikan di Indonesia masih terus berorientasi kepada ‘konten’ pengetahuan. Bahkan, setiap muncul kegagalan akan kinerja pendidikan, selalu muncul tawaran yang dianggap solusi yang baik, yaitu penambahan jam pelajaran atau penambahan mata pelajaran yang dinilai sangat penting. Padahal, ilmu pengetahuan bersifat terus berkembang sebagai akibat teknologi informasi dan komunikasi. Karena itu, pola-pola pendidikan dan pengajaran yang berorientasi penguasaan konten atau materi ilmu pengetahuan haruslah mengalami perubahan secara mendasar. Guru yang semula sebagai narasumber sekarang cukup berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing teknis cara mencari dan memahami informasi pengetahuan itu melalui sarana teknologi komunikasi dan informasi modern. Sehingga, intensitas guru dalam memberikan pendidikan moral semakin berkurang.
Guru harus menjadi teladan, membimbing, dan mengarahkan tuntunan sikap dan akhlak mulia untuk membentuk kepribadian dan watak atau karakter, sekaligus kemampuan-kemampuan teknis bagi para siswa. Karena itu, orientasi pendidikan ke depan haruslah mengutamakan aspek-aspek afektif dan psikomotorik, dan bukan kognitif yang dapat dicari sendiri oleh siswa. Komponen penting yang harus ditanamkan dalam diri setiap siswa adalah sikap, karakter dan motivasi yang kuat disertai kemampuan intelektualitas untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, memahami, dan menguasai segala informasi ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk bertindak dalam meningkatkan kualitas hidup dalam masyarakat dan bangsa.
Sesuai ilustrasi di atas, pendidikan yang ada saat ini hanya mengedepankan keunggulan otak kiri saja yang lebih cenderung ke logis-matematis. Kecenderungan ini tidak lain hanya untuk memperoleh ijazah yang menyatakan bahwa siswa tersebut telah melampaui tingkatan pendidikan yang ditargetkan. Siswa SD dan SMP yang merupakan tingkat satuan pendidikan yang paling mendasar sudah di bentuk dalam pola pikir mereka, bahwa cerdas itu jika mendapat juara di kelas dan pandai dalam berhitung serta ilmu ke-alaman. Pola pikir seperti ini akan terus dibawa sampai ke tingkatan satuan pendidikan di atasnya dan tentunya mengenyampingkan kelengkapan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
Kecerdasan dapat dipandang sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan. Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam berbagai situasi dan kondisi. Tingkat kecerdasan lebih umum diukur melalui tingkat inovasi dalam menyelesaikan masalah.
Beberapa ahli menjelaskan pengertian kecerdasan sebagaimana berikut:
  1. Gregory menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan atau ketrampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu.
  2. Menurut C.P. Chaplin, kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif.
  3. Menurut Anita E. Woolfolk, kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan kemampaun untuk beradaptsi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.

Dari berbagai definisi kecerdasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk berfikir logis dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Berfikir logis untuk menyelesaikan permasalahan secara tepat dan efektif yang mengedepankan inovasi-inovasi dalam menanggapi dan menghadapi permasalahan yang ada.

Menurut Howard Gardner dalam Thomas, terdapat 8 jenis kecerdasan sebagaimana berikut:
  1. Kecerdasan Linguistik atau Word Smart yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Individu yang unggul dalam kecerdasan ini bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis.
  2. Kecerdasan Logis-Matematis atau Number Smart yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan melibatkan ketrampilan mengolah angka dan atau kemahiran dalam menggunakan lohika atau akal sehat. Misalnya: menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan, atau mencerna laporan sebuah penelitian.
  3. Kecerdasan Spasial atau Picture Smart yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan menggunakan kemampuan diri dalam memvisualisasikan gambar di dalam kepala atau membayangkan atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Misalnya: imajinasi saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dan hal lain yang berhubungan dengan interprestasi gambar.
  4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani atau Body Smart yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan menggunakan anggota badan atau seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan dengan baik. Misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu, memperbaiki mobil, olahraga, tari, dan lain sebagainya.
  5. Kecerdasan Musikal atau Music Smar yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Misalnya: saat kita menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV atau radio, dan lain sebagainya.
  6. Kecerdasan Antarpribadi atau People Smart yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Kecerdasan ini dinilai mutlak diperlukan dan sering disebut sebagai kecerdasan yang paling penting daripada kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidupnya. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal, seperti: kemampuan ber-empati, kemampuan memanipulasi, kemampuan membaca orang, kemampuan berteman, dan kemampuan lainnya yang berhubungan dengan sosial.
  7. Kecerdasan Intrapribadi atau Self Smart yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui jati diri baik kelemahan dan kekurangan yang ada pada individu. Kecerdasan ini juga bisa digunakan untuk merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri.
  8. Kecerdasan Naturalis atau Nature Smart yaitu kecerdasan yang berorientasi pada kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Misalnya: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi serta beberapa aktivitas lain yang berhubungan dengan alam.

Dari penjabaran kedelapan jenis kecerdasan yang disebutkan di atas, kecerdasan dapat disederhanakan menjadi yang lebih umum, yang meliputi: kecerdasan intelektual atau Intelegent Quotient (IQ), kecerdasan emosional atau Emotional Qoutient (EQ), dan kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ). Berikut ini merupakan penjelasan masing-masing jenis kecerdasan tersebut:
  1. Kecerdasan Intelektual atau Intelegent Quotient (IQ) adalah bentuk kemampuan individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal serta bertindak secara terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah logika ataupun strategis.
  2. Kecerdasan Emosional atau Emotional Qoutient (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan pribadi dan persaan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan orang lain. Kecerdasan ini memberi kita kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain, memberi rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.
  3. Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu. Kecerdasan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, benar dan salah, dan pemahaman terhadap standar moral yang ada di masyarakat.

Dalam susunan otak manusia, semua jenis kecerdasan yang ada diatur atau dikoordinasikan dengan baik oleh otak. Otak adalah pengendali semua fungsi tubuh manusia. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh manusia. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental bisa ikut terganggu. Otak berperan penting dalam kecerdasan seseorang, karena ada bagian otak manusia yang mampu memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan.
Otak merupakan organ tubuh yang vital dan memiliki peranan besar dalam tubuh manusia. Semua kegiatan yang dilakukan oleh tubuh, semua dikendalikan oleh otak. Semua kerja organ-organ yang ada di tubuh dikendalikan oleh otak. Bayangkan seandainya jantung atau paru-paru kita berhenti bekerja selama beberapa menit, kita masih bisa bertahan hidup. Namun, apa yang terjadi jika otak kita berhenti bekerja selama satu detik saja, maka tubuh akan mati. Hal inilah yang menjelaskan bahwa otak disebut sebagai organ yang paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia yaitu sebagai pengendali kerja organ-organ lainnya.
Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang paling rumit. Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1) Cerebrum (Otak Besar); 2) Cerebellum (Otak Kecil); 3) Brainstem (Batang Otak); dan 4) Limbic System (Sistem Limbik). Dalam (www:aktivasiotak.com) dijelaskan sebagaimana berikut:
1. Cerebrum (Otak Besar) adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Keempat Lobus tersebut adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
    • Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
    • Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
    • Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
    • Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
    • Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.  
2. Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot.

3.      Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1) Mesencephalon atau Otak Tengah (Mid Brain) memiliki fungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran. 2) Medulla oblongata berfungsi untuk mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan. 3) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

4.      Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.
Otak besar inilah yang dapat dieksplorasi untuk menemukan bakat yang ada dalam setiap individu. Eksplorasi otak besar ini berdasarkan fungsi dari bagian otak besar yaitu fungsi otak sebelah kiri dan fungsi otak sebelah kanan. Perbedaan dua fungsi otak sebelah kiri dan kanan akan membentuk sifat, karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada seseorang.
Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih dikenal dengan otak kiri dan otak kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ). Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.
Kedua bagian otak ini yaitu otak kiri dan kanan memiliki peranan masing-masing dan semuanya penting. Setiap belahan otak punya fungsi masing-masing yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi, menurut penelitian, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan formal (sekolah dan kuliah) lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri dan hanya sedikit mengembangkan otak kanan. Permasalahan inilah yang menggejala di wajah pendidikan di Indonesia.
Orang yang dominan otak kirinya, akan pandai dalam melakukan analisa dan proses pemikiran logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam dari pada tangan dan kaki kirinya. Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi adalah orang yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang teknis.
Berbagai cara untuk mengetahui apakah seseorang dominan otak kanan atau dominan otak kiri. Misalnya dengan melihat perilaku sehari-hari, cara berpakaian, dengan mengisi kuisioner yang dirancang khusus atau dengan peralatan Electroencephalograph yang bisa mengamati bagian otak mana yang paling aktif.
Disekitar kita pastinya ada orang yang pandai dalam ilmu pengetahuan, tapi tidak pandai bergaul. Sebaliknya ada orang yang pandai bergaul, tapi kurang pandai di sekolahnya. Keadaan semacam ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dan merupakan ujung tombak kesuksesan pendidikan di Indonesia harus paham dan tahu akan seluk-beluk otak manusia. Sekolah juga harus mempertimbangkan keunggulan kecerdasan masing-masing siswa agar siswa mampu mengeksplorasi kemampuannya dengan baik. Dengan mengetahui keunggulan kecerdasan siswa, dan dipadu dengan penambahan kecerdasan lainnya maka siswa kedepan diharapkan bisa memiliki kecerdasan yang luar biasa serta pandai bersosialisasi dengan lingkungannya.
Kurikulum yang ada sampai sekarang, masih berpacu pada nilai kognitif siswa. Mata pelajaran bermuatan sains di unggulkan, sedangkan mata pelajaran lainnya dianggap tidak penting. Hal semacam ini yang akan mempercepat kemerosotan moral bangsa dan ditandai dengan lunturnya cinta tanah air. Siswa yang cenderung mengagum-agumkan pelajaran sains, misalnya matematika, dia akan sangat menyukai matematika dan menganggap mata pelajaran lain tidak penting. Jika hal ini terus terjadi tanpa ada penanganan yang berarti, sangatlah mungkin suatu saat mereka tidak mengetahui siapa presiden pertama Indonesia, dasar negara, bahkan lambang negara.
Alternatif solusi yang sudah ada adalah pengembangan diri. Sesuai dengan kurikulum yang ada, beberapa sekolah sudah menerapkan pengembangan diri untuk siswa-siswi mereka. Dalam praktiknya, sekolah memberikan waktu satu hari dalam seminggu untuk mengeksplorasi bakat dan minat siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk mendalami minat dan bakat mereka. Anak yang hobi musik akan mendalami musik dengan teman-temannya yang dipandu oleh instruktur. Begitu juga dengan anak yang hobi robotika, matematika, dan bahasa, serta bakat lainnya. Dalam kegiatan ini tidak ada evaluasi yang berarti dari pihak sekolah, dengan kata lain sekolah hanya memfasilitasi saja tanpa ada tindak lanjut. Tindak lanjut yang ada hanya sebatas mengikutkan siswa-siswi yang paling bagus dalam pengembangan diri untuk mengikuti suatu ajang perlombaan. Kendala yang muncul dalam kegiatan pengembangan diri ini adalah fasilitas sekolah. Hanya sekolah-sekolah dengan kategori “bagus” dan kondisi murid dengan background orang tua dengan ekonomi sejahtera yang mampu melaksanakan pengembangan diri dengan baik. Masalah akan muncul pada sekolah-sekolah dengan kategori menengah biasa. Mereka hanya terpaku pada pengembangan diri yang sekolah hanya mampu berikan apa adanya. Bakat dan minat yang ada terbatas untuk dikembangkan dengan baik.
Solusi yang coba ditawarkan dalam permasalahan ini adalah sekolah otak dengan kurikulum berbasis keseimbangan otak. Sekolah ini akan menggunakan kurikulum yang berbasis keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan untuk mencetak generasi unggul yang lengkap, lengkap akan pengetahuan, jiwa sosial, dan moralitas.
Sekolah otak adalah pembelajaran yang berbasis pada menejemen otak manusia. Bagian-bagian yang ada dalam otak yang bisa di-eksploitasi akan dikembangkan dengan baik. Eksploitasi yang dimaksud mengarah pada kebaikan untuk mencapai keberhasilan dalam diri siswa. Pada prinsipnya, siswa akan dibantu mencari atau menemukan  bakat yang ada dalam individu siswa. Setelah mengetahui bakat masing-masing, siswa akan dibimbing dengan baik dalam bakatnya. Dalam kurikulum berbasis otak ini tujuan pembelajarannya adalah untuk menyeimbangkan guna melengkapi kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Misalnya, siswa yang bagus dalam logis-matematis akan dimaksimalkan dalam bidangnya, dan akan dilengkapi oleh kecerdasan lainnya. Kecerdasan logis-matematis dikontrol oleh otak kiri manusia, sehingga dalam pembelajarannya kecerdasan yang barkaitan dengan otak kanan harus dipertajam.
Sebagai contoh nyata, siswa yang bagus dalam matematika sebagian besar akan cenderung untuk diam dan sulit berkomunikasi. Untuk mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan baik maka siswa harus dibantu memiliki keahlian berkomunikasi, misalnya dengan pelajaran musik, bahasa, ataupun olah-raga yang pada dasarnya untuk menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan. Jika keduanya dalam keadaan seimbang, maka generasi yang dibentuk akan sangat luar biasa tentunya dengan moral yang baik pula.




Metode pelaksanaan kurikulum ini adalah sebagai berikut:
Siswa;
1.      Siswa pada awal masuk sekolah mendapatkan pengarahan dari psikolog pendidikan dan mengikuti tes bakat sehingga siswa dan orang tua mengerti bakat yang ada dalam diri siswa.
2.      Setelah mengetahui bakat siswa, siswa akan lebih mendalami dan memahami jati dirinya, sehingga siswa dengan sadar akan mengembangkan potensinya. Dari ini praktik pembakatan atau bakat yang dipaksakan akan terkurangi atau dihindari sedini mungkin.
3.      Pada kurikulum berbasis otak ini, siswa tetap mendapatkan pelajaran sebagaimana mestinya, mulai dari pelajaran religius, sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
Sekolah;
1.      Pada kurikulum berbasis otak ini, sekolah dituntut aktif dalam pengembangan minat dan bakat. Sekolah menyiapkan semua mata pelajaran peminatan sesuai bakat yang sesuai dengan tes bakat.
2.      Sekolah membagi jurusan berdasarkan bakat yang ada. Misalnya: jurusan musik, matematika, IPA, IPS, bahasa, dan lain-lain. Masing-masing jurusan memiliki kelas-kelas spesialis. Misalnya: jurusan musik memiliki kelas spesialis seperti vokal, tari, dan drama.
3.      Masing-masing kelas jurusan mendapatkan pelajaran umum dengan porsi yang sama, tidak ada pembeda untuk mata pelajaran umum.
4.      Untuk kelas spesialis, sekolah menambah jam untuk mata pelajaran spesialis. Porsi jam mata pelajaran spesialis lebih diperbanyak.
5.      Mata pelajaran dengan latar belakang pembentukan sikap ditambah jam belajarnya.
6.      Saat jam mata pelajaran umum, siswa berkumpul dalam kelas jurusan. Dan saat mata pelajaran spesialis, siswa berpisah menuju kelas spesialis masing-masing.
7.      Saat pelajaran umum yang mata pelajarannya adalah mata pelajaran spesialis, maka siswa kelas spesialis mata pelajaran tersebut diperkenankan untuk tidak mengikuti pelajaran tersebut dan mengikuti penguatan religius atau konseling. Misalnya, kelas spesialis matematika tidak diperkenankan mengikuti mata pelajaran matematika pada kelas umum dan mereka diperkenankan mengikuti pemahaman religius dan konseling. Dengan sistem ini diharapkan mengurangi monopoli materi matematika di kelas umum.
8.      Sekolah menyiapkan fasilitas dengan baik untuk jurusan yang diampu. Untuk sekolah pinggiran, mereka harus membuka jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang ada dengan mempertimbangkan kearifan lokal tentunya. sekolah tidak harus memaksakan membuka jurusan baru jika fasilitas yang ada belum terkoordinasi dengan baik.
9.      Sekolah menyiapkan guru/ pengajar yang berkompeten dibidangnya sesuai dengan jurusan yang diampu.
Guru;
1.      Sebagaimana guru pada umumnya harus membuat bahan ajar dengan baik (administrasi dalam pembelajaran)
2.      Guru dituntut profesional akan bidang yang diampu.
3.      Guru juga harus memahami karakteristik siswa dengan minat dan bakat masing-masing.
4.      Semua guru harus memahami dan menghayati mata pelajaran berlatar belakang sikap untuk memberi contoh kepada siswanya.
Tujuan dari kurikulum berbasis keseimbangan otak ini adalah untuk menyiapkan generasi kuat akan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang merupakan perpaduan keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Kita ketahui bersama bahwa sumber daya manusia Indonesia pada umumnya jarang sekali yang memiliki keseimbangan antara otak kiri dan kanan. Mereka cenderung hanya unggul disalah satunya saja. Tidak banyak ilmuwan yang pintar dibidang olahraga, begitu juga sebaliknya olah-ragawan hanya unggul dibidang olahraganya saja. Jika keduanya seimbang maka akan menjadi olahragawan yang unggul. Misalnya, pemain sepak bola yang pandai akan pengetahuan sains dalam hal ini fisika, secara teori mereka akan dapat mengerti secara fisis bagaimana membuat tendangan “pisang”, tendangan dengan jarak terjauh, dan lain sebagainya. Jika intelektual dan skill seimbang maka sangatlah mungkin olah-ragawan Indonesia akan menjadi icon dunia. Bukan hanya bidang olahraga saja, semua bidang yang diusung dengan kecerdasan yang seimbang akan mampu membuat perubahan yang besar pada bangsa ini. Jika semua bidang termenejemen dengan baik, maka sangatlah mungkin Indonesia akan menjadi negara yang disegani di dunia Internasional.
Penerapan kurikulum ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Permasalahan akan generasi muda yang rendah ilmu, rendah sikap, dan rendah akan ketrampilan. Peran orang tua dan masyarakat tidak kalah penting dalam penyuksesan kurikulum ini. Orang tua harus benar-benar mengarahkan dan menfasilitasi dengan baik kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Jika, fasilitas yang ada kurang terpenuhi orang tua harus tetap mendukung kegiatan siswa dengan baik, support dan peran orang tua sangat penting dalam kesuksesan anak. Masyarakat harus bisa memberikan contoh yang baik, memunculkan lingkungan yang sadar akan pendidikan. Jika ketiga komponen ini, orang tua, sekolah dan masyarakat bisa saling mendukung dengan baik, maka generasi unggul akan terus tercetak dengan baik. Dengan generasi yang unggul akan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dibarengi dengan sikap religius yang baik, maka Indonesia akan menjadi produsen manusia unggulan dunia.

Daftar Pustaka
Anonim .2012. Struktur Otak dan Fungsinya. [http://www.info-kes.com/2012/10/struktur-otak-dan-fungsinya.html].[25 Maret 2014].
Armstong, T. 2002. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Tim Pusat Riset Terapi Musik & Gelombang Otak (www.terapimusik.com). 2002. Anatomi dan Fungsi Otak Manusia.[http://aktivasiotak.com].[20 Maret 2014].
Tim redaksi pengertian ahli. 2013. Pengertian Kecerdasan dan Jenis Kecerdasan. [http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-kecerdasan-dan-jenis.html]




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL LATIHAN MOMEN INERSIA

Tugas Dinamika Rotasi Part 2

SOAL APLIKASI TORSI