Bakso Malang
Tok-tok-tok-tok……
Tok-tok-tok-tok……
Tok-tok-tok-tok……
Terkadang juga ada
yang…
Tik-tok-tik-tok-tik-tok……
Suara yang tidak asing
di telinga masyarakat Malang dan sekitarnya. Bunyi khas yang terdengar dari
kentongan kayu yang dipukul itu menjadi penanda ada penjual bakso yang sedang berkeliling
menjajakan bakso jualannya. Berbeda dengan kentongan yang ada di tempat ibadah
maupun di pos keamanan, kentongan kayu ini memiliki bentuk yang unik, lebih
kecil, dan menghasilkan bunyi yang sedikit bernada lebih tinggi atau lebih
nyaring dari kentongan jenis lainnya. Bunyi kentongan ini berhasil menarik
perhatian dan menjadi ciri khas pada salah satu kuliner legendaris di Malang.
Selain berjuluk sebagai
Kota pendidikan, Malang juga memiliki trendmark
dengan baksonya yaitu bakso Malang. Di kota ini, banyak sekali dijumpai
penjual bakso yang bertajuk bakso Malang. Uniknya, hampir setiap penjual bakso
menjajakan varians bakso yang sama, terutama pada penjual bakso keliling.
Konsep yang menjadi ciri khas lainnya adalah bunyi kentongan tik-tok-tik-tok. Bunyi khas yang menandakan
bahwa sedang ada penjual bakso yang melintas di sekitar kita. Berbeda dengan
penjual bakso di daerah lain yang menggunakan mangkok yang dipukul dengan
sendok dengan suara ting-ting-ting-ting,
bakso Malang lebih terkesan “ramai” dan lebih mencirikan kekhasan tersendiri.
Menurut KBBI, bakso adalah makanan terbuat dari daging, udang, ikan yang
dicincang dan dilumatkan bersama tepung kanji dan putih telur, biasanya
dibentuk bulat-bulat. Hasil studi literatur, bakso merupakan salah satu makanan
hasil modifikasi kuliner masyarakat Tionghoa oleh masyarakat Indonesia. Bakso
merupakan salah satu kuliner lokal yang berakar dari kuliner masyarakat Tionghoa.
Bakso berasal dari Bahasa Hokkien dari kata “Bak-So”
(daging babi giling – makanan) yang berarti olahan makanan dari daging babi.
Bakso memiliki sejarah yang unik dan menarik. Bakso ditemukan untuk
suatu tujuan mulia dengan penuh cinta kasih seorang anak yang begitu menyayangi
ibunya. Bakso disejarahkan pada masa awal abad
ke-17 yang merupakan akhir dari eksistensi Dinasti Ming. Di suatu daerah
sekitar Fuzhou, hiduplah seorang laki-laki yang bernama Meng Bo. Fuzhou saat ini merupakan ibu kota Provinsi Fujian yang
merupakan daerah dingin dengan suhu rata-rata tiap harinya 9oC. Meng Bo tinggal bersama ibunya di salah
satu desa kecil di wilayah Fuzhou. Saat ibunya mulai menua, ibunya mulai tidak
bisa makan daging dengan baik lagi, padahal daging merupakan salah satu makanan
yang bisa digunakan untuk menghangatkan tubuh di musim dingin, maka Meng Bo berpikir keras untuk menemukan
cara agar Sang ibu bisa menikmati daging untuk menghangatkan tubuhnya. Hingga
akhirnya, Meng Bo menemukan ide untuk
menggiling daging menjadi lebih lembut. Bentuk bulat terispirasi dari kue mochi
yang berbentuk bulat untuk memudahkan ibu Meng
Bo menikmati daging giling tersebut. Cerita tersebut merupakan sejarah
singkat terciptanya bakso.
Bakso masuk
ke Indonesia dibawa oleh pedagang Cina atau Tionghoa yang menetap di Nusantara.
Bakso yang ada di Indonesia dimodifikasi oleh masyarakat Indonesia, terutama
dari segi komposisi daging yang digunakan. Modifikasi komposisi daging membuat
banyak varians bakso di Indonesia, seperti bakso sapi, bakso ikan, bakso,
udang, bakso ayam, dan lain sebagainya. Seiring dengan masuknya masyarakat
Tionghoa di Nusantara, masyarakat Tionghoa juga berhasil memperkenalkan bakso
di daerah Malang hingga Malang menjadi daerah dengan trendmark bakso Malang. Trendmark
bakso Malang disebabkan oleh kreatifitas masyarakat Malang dalam menikmati
bakso. Para penjual kreatif dalam membuat makanan olahan sebagai pelengkap
dalam menikmati bakso. Kreatifitas ini memunculkan seni menikmati bakso. Bisa
dikatakan bahwa trendmark Bakso
Malang muncul sebagai seni menikmati bakso ala warga Malang.
Bakso Malang memiliki
beberapa keunikan tersendiri yang membedakannya dengan bakso lainnya. Harga
yang murah merupakan salah satu ciri khas dari bakso Malang. Biasanya, untuk
bakso ukuran kecil dibandrol harga Rp. 1.000,- sedangkan untuk ukuran sedang
Rp. 2.000,- dan ukuran besar biasanya Rp. 4.000,- sampai Rp. 5.000,-. Ada
varians bakso lain yang menarik, yaitu bakso dengan isi telur puyuh dan ada
juga isi telur ayam. Hal lain yang menjadikan bakso Malang spesial adalah aneka
varian selain pentol. Ada tahu goreng, tahu putih, dan tahu yang diisi adonan
pentol atau yang biasa disebut dengan tahu pentol. Pada bakso selain bakso Malang,
mungkin yang kerap dijumpai adalah tahu pentol saja, dan jarang ditemukan
tahu putihan atau tahu goreng.
Harganya-pun murah, cukup Rp. 500,- / bijinya. Ada juga pilihan varians pada
mie. Tidak hanya mie bihun atau mie soun
saja, pada bakso Malang ada pilihan varians lain yakni mie kuning, mie bihun,
dan mie soun. Uniknya adalah
penyajian mie-nya yang sudah terikat bulat dan tertata rapi. Harganya-pun sama
yakni Rp. 500,- / bijinya. Varians lain yang tidak ditemukan pada bakso lainnya
adalah siomai. Siomai merupakan pangsit basah yang diisi dengan adonan pentol.
Harganya-pun tidak sesuai dengan tampilannya yang menarik, yakni hanya Rp.
500,- / bijinya. Begitu murah bukan? Varians lainnya yaitu gorengan, beberapa
jenis gorengan diantaranya siomai goreng, bulatan seperti bakso, adalagi siomai
yang digulung, dan beberapa jenis lainnya. Ada juga varians gorengan lain yakni
usus ayam goreng krispi, terkadang juga ayam krispi juga ada yang biasa
dibandrol dengan harga Rp. 1.000,- / bijinya. Tidak ketinggalan ada lontong dan
sayuran. Sayuran yang biasa didapati pada penjual bakso pada umumnya adalah
sayuran kol, namun di bakso Malang ada varians sayur lain selain kol yang
disediakan yaitu sayur sawi putih dan sayuran tersebut gratis.
Selain harganya yang
murah, hal unik lain yang membuat bakso Malang mengesankan yaitu pembeli bisa ambil sendiri variasi bakso
serta kuahnya. Dengan prinsip hitung
sendiri, penjual bakso Malang membelajarkan pembeli menggunakan prinsip
kejujuran. Ini merupakan hal luar biasa dapat ditemukan dari bakso Malang yang
tidak didapati pada daerah atau bakso-bakso lainnya. Bagaimana warga Malang benar-benar
diajarkan pada karakter kejujuran dari filosofi bakso Malang. Selain menanamkan
kejujuran, karakter yang bisa diperoleh dari konsep ini adalah mengajarkan
berbagi. Konsep berbagi muncul saat ada pembeli yang hanya memiliki sedikit
uang. Pembeli yang hanya memiliki uang seribu-pun bisa menikmati bakso sampai
kenyang. Dengan memilih dua varians seharga lima ratusan pembeli bisa makan
sampai kenyang dengan varians lain yang digratiskan seperti kuah dan
sayur-mayur. Tidak jarang pula, penjual bakso selalu menambahkan gratisan
kepeda pembelinya baik yang memiliki uang maupun tidak.
Bisnis kuliner ini
mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat khususnya Malang. Dalam suatu
perumahan ataupun perkampungan saja, selama sehari bisa 5 sampai 10 penjual
bakso yang berkeliling bahkan lebih. Biasanya, setiap penjual memiliki
pelanggan masing-masing yang disesuaikan dengan jadwal lewat penjual bakso. Saking
banyaknya penjual bakso keliling, pembeli tidak perlu direpotkan dengan harus
mencari penjual bakso saat ingin menikmati bakso.
Berbagai strategi
pemasaran juga dilakukan untuk meningkatkan penjualan bakso. Mulai sistem
produksi sendiri sampai jual sendiri, ada pula sistem menjualkan dengan bagi
hasil, dan bahkan ada sistem franchise.
Cara menjajakannya-pun berbeda-beda, ada yang permanen, ada yang dengan gerobak
dorong, ada yang dengan sepeda motor, ataupun dengan dipikul. Banyak cara
penjual bakso Malang dalam menjajakan dagangannya, begitu pula pembeli. Pembeli
juga memiliki beberapa kriteria khusus dalam menentukan pilihan penjual
langganannya.
Bisnis kuliner ini
membawa berkah bagi warga Malang. Banyak orang menganggap bahwa bisnis kuliner bakso
ini tidak menjanjikan. Hal ini dikarenakan level ekonomi konsumen atau penikmat
bakso. Spekulasi bakso hanya diminati masyarakat dengan kantong menengah ke
bawah menjadi salah satu anggapan bahwa bisnis kuliner ini tidak menjanjikan. Padahal
pangsa pasar yang besar dan tidak mengenal musim merupakan poin utama dalam
bisnis kuliner ini. Pangsa pasar bakso sangat besar, tidak berbatas pada orang
tertentu, karena bakso bisa ditemukan hampir di seluruh Indonesia, begitu juga
bakso dapat dinikmati tanpa memandang musim dan tidak pula memandang tempat.
Bisnis kuliner ini mampu meningkatkan ekonomi pelaku
bisnis ini. Dapat dianalisis bersama, misalnya dalam satu hari seorang penjual
bisa menjual bakso dengan minimal 70 porsi bakso. Keuntungan dalam setiap porsi
minimal sekitar Rp. 2.000,- maka keuntungan bersih yang bisa diperoleh sebesar
Rp.140.000,- perhari atau Rp.4.200.000,- perbulan. Keuntungan ini sangat
menjanjikan. Untuk sistem bagi hasil, bisa saja penjual mendapatkan 50% dari
keuntungan yang didapatkan selam sebulan. Keuntungan tersebut belum lagi
ditambah dengan jualan lain seperti minuman dan kerupuk.
Poin tambahan bisnis kuliner bakso Malang adalah untuk
melestarikan budaya kuliner Malang. Banyak penjual yang menjajakan bakso dengan
cara yang khas bakso Malang yaitu dengan kentongan kayu kecil. Banyak penjual
yang masih mempertahankan ke-khasan bakso Malang ditengah masuknya kuliner luar
negeri yang tidak terbendung. Banyak hal yang harus diutamakan terkait
kebudayaan daripada keuntungan semata. Supaya mampu mempertahankan kuliner lokal
dengan baik, pemerintah melalui UMKM harus mampu menjadi motor penggerak
perekonomian pelaku usaha kuliner bakso Malang khususnya di Kota Malang. UMKM
harus bisa menjebatani dan memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang
dialami oleh pelaku usaha kuliner bakso Malang. Pebisnis kuliner bakso Malang
dengan UMKM harus sama-sama berkomitmen untuk tetap menjaga budaya kuliner
bakso Malang untuk tetap lestari. Dengan kuatnya dukungan pemerintah untuk
tetap melestarikan kuliner bakso Malang, diharapkan dapat meningkatkan
penghasilan per-kapita masayarakat Malang, terkhusus pelaku bisnis usaha bakso
Malang.
Komentar
Posting Komentar