Aliran-aliran Filosofis Pendidikan
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat
berbagai aliran pemikiran. Hal ini muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran
yang terdapat dalam filsafat. Dalam
makalah ini ada 5 aliran filosofis yang akan dibahas sesuai buku Foundation Of Education (Ornstein,
A.C dan Levine, D.U (2011)). Berikut ulasannya:
1) Idealisme
Filsafat idealis pertama kali di kemukakan
oleh Plato abad ke 4 sebelum masehi.Plato berpendapat bahwa dunia adalah ide
yang bersifat spiritual dan tidak berubah. Dunia ide tersebut yang mendasari
realitas yang ada saat ini, karena realitas merupakan refleksi dari dunia ide
atau spiritual yang bersifat absolut dan kekal.
Secara
metafisik filsafat idealis
beranggapan bahwa jiwa atau esensi spiritual seseorang sebagai elemen permanen
dari fitrah manusia yang memberikan kekuatan untuk berfikir dan merasakan. Secara
epistemologi idealis beranggapan
bahwa ide membentuk realitas yang selalu ada. Sedangkan pengetahuan adalah
hasil dari “memanggil kembali” ide-ide yang ada dalam pikiran manusia. Secara aksiologi idealis percaya bahwa nilai
itu tidak berubah dan dapat di aplikasikan kepada semua orang dimanapun dia
berada., dengan kata lain nilai itu bersifat universal. Secara logis idealis beranggapan bahwa logika
itu berdasarkan hubungan antara kekuatan mutlak, atau Tuhan dengan individu.
Guru yang menganut idealis cenderung menggunakan logika deduktif untuk
mengorganisasikan pembelajaran yang di mulai dengan prinsip-prinsip umum.
2) Realisme
Filsafat realis pertama kali di kemukakan oleh
Aristoteles yang merupakan murid dari Plato.Bebeda dari gurunya Aristoteles
beranggapan bahwa dunia adalah realitas.pengetahuan di bangun dari realitas
yang ada.Sehingga pengetahuan di peroleh dari dari pengalaman dan pemikiran
manusia.
Secara
metafisik dan epistemologisrealis
mempercayai bahwa dunia material berdiri sendiri dan diluar dari pikiran
manusia. Manusia mengetahui dapat mengetahui suatu objek berdasarkan perasaan
dan alasan mereka. Secara epistemology,
realis mempercayai bahwa dalam pengorganisasian kurikulum memisahkan
subjek-subjek pengetahuan adalah cara yang paling efektif untuk mempelajari
tentang realitas pengetahuan. Secara aksiologi
dalam konsep pengetahuan, realis lebih menekankan pada perilaku rasional. Nilai
terbentuk berdasarkan aturan alam yang universal. Sedangkan secara logika guru yang realis banyak
menggunakan kedua metode berfikir baik induktif maupun deduktif.
3) Pragmatisme
Aliran pragmatis pertama kali di kemukakan
oleh charles pierce, kemudian beberapa tokoh yang menganut aliran ini adalah
william james,george herbert mead dan jhon dewey. Pada dasarnya pragmatis lebih
merupakan suatu sikap untuk menimbang kebenaran suatu hal.Sehingga bersifat
empiris dengan metode yang sistematis.
Pragmatisme menekankan bahwa untuk
membuktikan suatu ide adalah dengan melaksanakannya. Pierce lebih menekankan
pada metode berfikir ilmiah untuk mengetahui kebenaran ide secara empiris.
James mengaplikasikan pragmatisme pada psikologi, religi dan pendidikan, mead
lebih menekankan perkembanagn anak sebagai bagian dari belajar dan mengalami
kehidupan manusia. Dewey lebih menekankan pada proses berfikir dan belajar
sebagai pemecahan masalah dalam proses pendidikan.
Secara metafisik dan epistemologis,
tidak seperti kebanyakan filsafat tradisional yang bergantung pada pondasi
metafisika, pragmatisme lebih menekankan pada aspek epistemologi tentang
bagaimana kita mengetahui apa yang harus kita ketahui. Pada intinya pragmatisme
lebih menekankan pada pengalaman langsung daripada hanya pada ranah konsep.
Sedangkan secara aksiologi pragmatis
lebih mengedepankan pada situasi dan kondisi kultur, nilai dianggap tidak
tetap, tetapi berubah bergantung pada waktu tempat dan keadaan. Secara logika, pragmatis lebih menekankan pada
metode berfikir induktif.
4) Eksistensialisme
Eksistensialisme pertama kali
dikemukakan oleh Jhon paul sartre. sacara sederhaana eksistensialis menyatakan
bahwa manusia adalah kebenaran itu sendiri, keputusan akan peggetahuan, nilai
dan tujuan adalah milik setiap manusia, kebebasan individu dalam menentukan
pilihannya merupakan sifat utama dari aliran eksistensialisme.
Sartre menyatakan bahwa keberadaan
mendahului esensi. Manusia membuat definisinya dan menciptakan esensinya
sendiri, manusia memiliki kebebasan yang total.karena eksistensialisme menolak
sistem atau pengkategorian agak sulit untuk menggolongkan secara metafisik,
epistemologi, aksiologi maupun logika. Secara metafisik, Pribadi manusia tak sempurna, dapat
diperbaiki melalui penyadaran diri dengan menerapkan prinsip dan standar
pengembangan kepribadian. Secara
epistemologi individu memilih
pengetahuan yang dia harapkan ada dalam hidupnya. Aspek aksiologi dianggap yang paling penting karena manusia menciptakan
nilainya sendiri sesuai dengan pilihan mereka. Dalam dunia pendidikan individu
seharusnya melakukan diskusi tentang hidup dan pilihan mereka, karena individu
memiliki kesulitan dan kemungkinan yang sama untuk bersekolah. Di
sekolah, antara guru dan siswa memiliki kesempatan yang sama untuk bertanya,
menyarankan dan berdialog. Secara logika, mencari
pemahaman tentang kebutuhan & dorongan internal melaui analis &
intropeksi diri.
5) Postmodernisme
Aliran
postmodernisme berasal dari filsafat yang di kemukakan oleh frederich Niettze,
seorang filsuf dari german serta martin heidegger. Postmodern merupakan tatanan
dunia setelah periode modern, dan saat ini manusia telah melampaui masa modern
serta berada pada dunia postmodern.
Filosof
prancis Michel Focault dan jaques derrida adalah sosok yang penting dalam dalam
membangun aliran postmodern. Derrida mengembangkan Dekonstruksi sebagai metode
untuk menemukan teks asli. Teks tersebut sering berupa buku, tapi bisa juga
berupa dialog, cerita atau tipe lain dari budaya yang ada. Dalam dunia
pendidikan teks yang dimaksud panduan kurikulum, atau buku. Tujuan dari
dekonstruksi ini adalah untuk menunjukkan bahwa teks tidak sekedar refleksi
kebenaran metafisik atau pengetahuan yang objektif tapi lebih kepada konstruksi
sejarah dan budaya yang didalamnya terdapat hubungan-hubungan kekuatan politik.
Postmodernisme
menolak metafisik sebagai konstruksi
sejarah.Mereka juga mengkritisi marginalisasi budaya diluar budaya barat
seperti budaya Asia dan Afrika. Guru dalam paham postmodern harus melakukan
dekonstruksi pemahaman tujuan, kurikulum, maupun tugas guru. Pendidikan
berlangsung dengan prinsip keadilan tanpa bentuk marginalisasi suatu kelompok.
Daftar Pustaka
Ornstein,
A. 2011. Foundation of Education. USA:
Wadsworth
Kalo aliran campuran ada nggak kak?
BalasHapusada.... modifikasi
BalasHapus