Contoh Esai Pendidikan, Politik, Teknologi
Sekolah “GARDU Listrik NASDEM”
Alternatif Solutif Tantangan Ketahanan Energi Listrik Nasional
dengan Perspektif Kepemudaan
Oleh:
Agus Widayoko
Lomba Penulisan Esai dengan Tema:
Ketahanan Energi
Indonesia: Tantangan dan Solusi dengan Perspektif Kepemudaan
(Kata: 1.002; Halaman:
2)
Peringkat 35 dari 1784
Energi merupakan elemen penting yang memiliki andil besar
dalam memajukan ekonomi dan meningkatan taraf hidup suatu bangsa. Bahkan, salah
satu kriteria suatu negara dikategorikan ke dalam negara maju atau berkembang
dapat dilihat dari konsumsi tingkat energi per-kapita. Negara dengan konsumsi
tingkat energi per-kapita yang tinggi dapat dikategorikan sebagai negara maju. Indonesia
termasuk dalam kategori negara berkembang dengan konsumsi tingkat energi per-kapita
sebesar 910 kWh per-kapita. Angka tersebut masih berada jauh di bawah negara
Singapura yang notaben-nya sebagai negara maju dengan konsumsi tingkat energi per-kapita
sepuluh kali lebih besar dibandingkan Indonesia. Rata-rata tingkat konsumsi
energi yang masih rendah sebagai akibat dari masih banyaknya masyarakat yang
menggunakan energi dengan sangat minim. Hal tersebut diperkuat dengan data kementerian
ESDM yang menyebutkan bahwa masih terdapat lebih dari 2.000 desa belum teraliri
listrik dan masih sulitnya dalam mendapatkan bahan bakar.
Penggunaan energi listrik yang terus meningkat seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan nasional menjadi tantangan besar
bagi Indonesia. Tantangan terbesarnya adalah ketika pertumbuhan meningkat,
pembangunan meningkat yang membuat kebutuhan listrik meningkat, namun bahan
bakar fosil semakin menipis dan minimnya inovasi atau pengembangan untuk
memperoleh alternatif solusi untuk memproduksi listrik. Jika hal ini terus
terjadi tanpa ada upaya preventif yang serius, maka tidak menutup kemungkinan
Indonesia akan mengalami krisis energi, utamanya adalah energi listrik.
Penemuan-penemuan baru sebagai alternatif solusi permasalahan
listrik sudah banyak ditemukan. Jika kita searching
di google dengan kata kunci “Inovasi
Listrik Indonesia”, banyak sekali inovasi yang sudah dikembangkan dan ditemukan
oleh berbagai pihak, baik oleh pihak sawast, PLN ataupun oleh ilmuwan-ilmuwan
muda Indonesia mulai dari tingkat pendidikan SD sampai perguruan tinggi. Dalam
berbagai kejuaraan inovasi listrik tingkat nasional ataupun internasional, Indonesia
merupakan salah satu negara yang paling sering memperoleh penghargaan atas inovasi
penemuan terbaru bahan bakar alternatif. Permasalahan utamanya adalah tindak
lanjut dari sebuah inovasi yang dikembangkan. Tidak jarang inovasi yang
dikembangkan dan seharusnya disempurnakan bersama serta digunakan untuk
kepentingan bersama menjadi dilemahkan oleh berbagai pihak yang memiliki
kepentingan terhadap pasokan listrik, sehingga penemuan-penemuan yang
dikembangkan semakin kelihatan kelemahannya dan digugurkan. Jika hal ini tidak
ditangani dengan serius, mimpi melistrik-kan 100% Indonesia akan hanya sebatas
mimpi.
Sekolah “GARDU Listrik NASDEM” (Gerakan Pemuda Bersatu
menggunakan Listrik Nasional dengan Dermawan) adalah solusi yang ditawarkan
penulis untuk mencukupi ketahanan listrik nasional. Pelaku dari “Gardu Listrik
Nasdem” dipromotori oleh sekolah. Sekolah dengan gerakan ini harus difasilitasi
PLTS. Implementasinya menggunakan PLTS On-Grid
system yaitu sistem kelistrikan yang terhubung dengan dua sumber energi.
Sumber energi yang digunakan PLTS dan energi dari PLN. Sistem On-Grid PLTS akan menyuplai listrik dan
menyimpannya pada baterai, sehingga segala keperluan listrik sekolah disuplai
secara mandiri dari PLTS. Jika, listrik yang dihasilkan sekolah “GARDU Listrik
NASDEM” berlebih, maka listrik akan dialirkan menuju PLN begitu pula sebaliknya.
Sistem ini sudah banyak dilakukan di negara maju. Saat pasokan listrik di
sekolah “GARDU Listrik NASDEM” berlebih dan dialirkan menuju PLN maka dengan
kerjasama kedua pihak sekolah dan PLN, PLN akan meng-uangkan setiap pasokan
listrik yang di terima PLN. Sehingga, sekolah memiliki tabungan yang disimpan
di PLN dan jika sekolah menggunakan listrik secara berlebih maka sekolah harus
membayar kepada PLN. Lebih dari sekedar membayar dan menyimpan, sekolah “GARDU Listrik NASDEM” menggunakan simpanan
listrik yang kemudian di-uangkan dan digunakan untuk membantu pendidikan di
daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Analisis penerapan ide sekolah “GARDU Listrik NASDEM”
sebagai berikut: sekolah dengan bantuan pihak swasta, swadaya, dan PLN
mendirikan PLTS dengan sistem On-Grid.
Tidak ada kriteria khusus untuk sekolah, yang terpenting adalah sekolah yang
bersedia menerapkan sistem ini. Pada bagian ini, kendala yang mungkin muncul
adalah ketidak-siapan atau tidak bersedianya sekolah karena masalah pendanaan,
maka dari itu pemerintah harus campur tangan dengan menunjuk sekolah yang
dirasa mampu dari segi kesiapan teknologi, SDM, dan perawatan. Contoh analisis
sederhana terkait ide ini, jika suatu sekolah memasang PLTS sistem On-Grid dengan kapasitas standar yaitu 15.36
KWP. 15.36 KWP berarti pada panas maksimal, sekitar pukul 11.00 sampai 14.00,
PLTS tersebut mampu menghasilkan 15.36 KW-hour saat pada terik matahari
maksimal. Sehingga jumlah perkiraan daya yang dihasilkan dan disimpan setiap
hari minimal 120KW. Sedangkan kebutuhan daya listrik sekolah jika semua dalam
kondisi aktif untuk sekolah standar nasional diperkotaan adalah sekitar 100-150
KW. Jika dianalogikan setiap hari panas maksimum 5 jam dan penggunaan daya
harian sekolah 100 KW berarti sekolah masih memperoleh keuntungan sebesar 20
KW, dan simpanan ini akan dialirkan ke PLN dan digunakan untuk membantu
pendidikan di daerah 3T. Lalu, bagaimana dengan kondisi keuangan PLN? Dengan
konsep dan kerjasama ini PLN akan terbantu dalam memandirikan masyarakat
menjadi masyarakat berenergi listrik mandiri. Keuangan untuk nilai tukar daya
yang tersalurkan ke PLN disesuaikan dengan tarif dasar listrik. Dengan alokasi
perhitungan dan menejemen yang jelas, PLN harus mendapatkan keuntungan dari
gerakan ini. Sehingga, PLN mampu membantu dengan cepat program 100% listrik
Indonesia. Dengan konsep gerakan ini pula, siswa akan dengan sadar untuk
menghemat listrik di sekolah, begitu juga dengan masyarakat sekolah pada
umumnya. Penanaman moral dan karakter berjalan secara berkesinambungan. Selain itu, keberadaan PLTS ini akan membawa
dampak positif bagi sekolah, yaitu bisa digunakan untuk laboraturium
pembelajaran terkait PLTS.
Konsep sekolah “GARDU Listrik NASDEM” ditujukan kepada
generasi muda yaitu siswa usia sekolah. Besar harapan kita kepada generasi muda
kedepan, gerakan ini menanamkan rasa nasionalis yang tinggi untuk peduli kepada
masyarakat sebangsa dan setanah air yang tinggal di daerah terdepan, terluar,
dan tertinggal. Karakter dasar pemimpin untuk peka terhadap lingkungan
terbentuk secara sadar sejak dini. Siswa akan saling mengingatkan untuk
menghemat listrik di sekolah. Jika Indonesia memiliki 100 saja sekolah seperti
ini, bisa dibayangkan berapa banyak penghematan dan berapa banyak bantuan yang
akan dibagikan kepada daerah 3T. dan yang lebih utama berapa banyak generasi
muda yang peka terhadap lingkungannya. Tidak menutup kemungkinan jika Indonesia
memiliki 1.000 sekolah dengan gerakan ini, maka pemasokan listrik nasional
dapat tertangani dengan cepat. Masyarakat 3T akan dapat menikmati listrik
dengan baik, rasa kepedulian antar-masyarakat baik, dan Indonesia akan menjadi
negara maju di bidang energi. Tantangan pemuda dalam menghadapi ketahanan
energi dan solusi berupa gerakan dengan perspektif kepemudaan bertajuk sekolah
“GARDU Listrik NASDEM” jauh lebih efektif dari penciptaan yang tidak
terorganisir ataupun inovasi yang dilemahkan dan tidak dikembangkan. Mari
bersama membangun manusia Indonesia dengan gerakan sekolah “GARDU Listrik
NASDEM”.
Semoga bermanfaat bagi penulis-penulis esai
BalasHapusSemoga inovasi2 bisa di implementasikan
BalasHapusTerimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya...
BalasHapus